Sejarah Terbentuknya Banjarmasin

Pada zaman Belanda, Banjarmasin menjadi pelabuhan masuk dan keluar bagi seluruh daerah aliran Sungai Barito dan merupakan pelabuhan transito untuk kapal-kapal yang datang dari Singapura dan Jawa, ke pantai timur Kalimantan. Dari Kalimantan, dikirim keluar barang-barang hasil hutan seperti rotan, damar, kapur baruskaret, jelutung, tikar purun, telur itik, buah-buahan, barang anyaman rotan, batu-batuan dan berlian. Barang yang masuk terdiri dari beras, ikan asin, barang, barang pecah belah, minyak tanah, garam, besi dsb.

Industri orang Eropa pada waktu itu terdiri dari pabrik es, galangan kapal yang kecil milik Borneo Industri Mij dan perdagangan yang dikelola oleh Borneo Soematra Handel Mij, Heinneman & Co, dan Kantor Cabang dari Javasche Bank en Factorij.
Pada masa itu, banjarmasin mempunyai pelayaran yang teratur dan langsung dengan Sampit, Kotabaru, Samarinda, Martapura, Marabahan, negara, Amuntai, Buntok, Muara Teweh dan Kuala Kapuas dan diluar Kalimantan dengan Surabaya dan Singapura.
Sampai kinipun kehidupan sungai tetap dominan di Banjarmasin. Sebagai salah satu indikasinya, di depan Kantor Walikota dibangun sandaran perahu untuk tamu-tamu dan para tamu dan pejabat pemerintah yang hendak menyusuri sungai. Sekitar 200 m dari tempat tersebut terdapat terminal perahu antar kota di Kalimantan Selatan, bahkan sampai ke Kalimantan Tengah.

Nama Kota Bandarmasih berubah akibat Belanda. Mula-mula Belanda masih menyebut Bandarmasih dalam ucapan Belanda "Bandzermash". Kemudian sesudah tahun 1664 berubah menjadi Banjarmassingh.
Di pertengahan abad ke-19 dalam semua surat-surat Belanda ke Indonesia nama kota itu berubah menjadi Banjarmasin. Setelah jaman Jepang sebutan itu berubah kembali menjadi Bandjarmasin. Terakhir setelah berlaku ejaan baru Indonesia, kota itu menjadi BANJARMASIN.

Nama “Banjarmasin” diambil dari nama “Patih Masih” atau ” Oloh Masih “, Salah seorang pejabat Melayu di Kerajaan Banjar. Raja pertama dari Kerajaan Banjar adalah Pangeran Samudera yang merupakan cucu dari Pangeran Mangkubumi dari Kerajaan Daha (sekarang adalah salah kecamtan dari Kabupaten Hulu Sungai Selatan yang dikenal dengan daerah “Negara” ). Ketika Pangeran Samudera masih kecil dia telah meninggalkan Kerajaan Daha karena adik Pangeran Mangkubumi, bernama Pangeran Tumenggung mengambil alih kekuasaan.

Tahun 1595, Kerajaan Banjar diserang oleh Pangeran Tumenggung ialam sebuah Perang Besar antara Prajurit Daha dan Banjar, Prajurit Banjar saat itu didukung oleh Prajurit Kerajaan Demak yang beragama Islam. Pangeran Samudera menang dalam perang tersebut, dan akhirnya memeluk igama Islam dan mengganti namanya menjadi Pangeran Suriansyah atau juga seringkali dikenal dengan sebutan “Panembahan Batu Habang”.
Serah terima kekuasaan antara Pangeran Tumenggung dengan Pangeran Suriansyah dilakukan pada tanggal 24 Agustus, yang setiap tahun diperingati sebagai Hari Jadi atau Hari Ulang Tahun Kota Banjarmasin. Kekuasaan Pangeran Suriansyah meliputi bagian Selatan Kalimantan.

Peninggalan Kerajaan Banjar yang ada dan terawat dengan baik hingga saat ini adalah Masjid Pangeran Suriansyah, serta makam Pangeran Suriansyah dan beberapa kerabat kerajaan lainnya yang terletak dalam satu komplek pemakaman.

ASAL-USUL

Kalau orang mengenal sejarah mula berdirinya kota Banjarmasin, tentu mengetahui nama Pangeran Samudera atau Sultan Suriansyah. Yakni seorang Sultan yang pertama membangun kota tersebut.

Atau jika orang ingin mengetahui, siapakah raja pertama di Kalimantan Selatan yang memeluk ajaran Islam? Tentu akan dijawab pula bahwa Pangeran Samudera atau Sultan Suriansyah sebagai Raja Pertama yang memeluk Agama Islam.
Pada masa mudanya ia bernama Pangeran Samudera, cucu dari Maharaja Sukarama yang memerintah berkedudukan di “Negara Daha” (sekarang : Negara berkedudukan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan).

Maharaja Sukarama adalah turunan yang ke-7 dari kerajaan Negaradipa di Amuntai. Asal usul keturunan raja raja di Negaradaha dan Banjarmasin adalah dari Negaradipa, yang dahulunya Rajanya dan Ratunya bernama Pangeran Surianata dan Puteri Junjung Buih.
Ayah bernama Mantri Djaja dan ibunya Puteri Galuh (sebagian orang menyebutnya juga Puteri Intan sari). Hingga kini belum diketahui tahun berapa Pangeran Samudera dilahirkan. Akan tetapi jika dihubungkan dengan masuknya Agama Islam ke Banjarmasin (tahun 1570 Masehi) yang saat itu semarak dan ramai saat dibawah pemerintahan Pangeran Samudera, maka dapatlah diperkirakan, mungkin ia lahir sekitar Tahun 1550 Masehi.

Sejarah hidup Pangeran Samudera dimulai dengan duka cerita yang memilukan hati, betapa saat masih bayi Ayah-bunda beliau telah meninggal dunia .Sehingga semasa kecilnya beliau sudah yatim piatu. Beliau dipelihara oleh kakeknya “Maharaja Sukarama”.

Berhubung dikerajaan timbulnya perebutan-perebutan tahta kerajaan di Negaradaha. Walaupun Maharaja Sukarama masih hidup, maka pertentangan hebat terjadi. Yaitu perselisihan antara putera-putera raja itu sendiri. Bahkan terjadi saling bunuh membunuh dikalangan istana.

Oleh karena Maharaja Sukarama memilih sang cucu bakal menjadl calon raja penggantinya, maka sebelum jiwa anak ini pun terancam. Pangeran Samudera yang masih kecil dan baru berusia 7 tahun itu dihanyutkan di “Sungai Negara” yang bermuara ke Banjarmasin. Itulah pula sebabnya ia lalu disebutkan "Putera Mahkota yang terbuang".
Dengan sebuah biduk kecil dan sebuah jala ikan, ia menelusuri sepanjang Hilir sungai Negara yang panjang dan sepi itu. Bertahun-tahun si Samudera .bertualang diperairan Muara Barito sebagai “Anak Nelayan Penangkap Ikan”. Mengembara dari kampung ke kampung sepanjang sungai, seperti Sarapat, Balandian, Tamban, Muhur, Alalak dll. Dan pada akhirnyaia terdampar ke Sungai Kuin.

Tiada seorang yang tahu bahwa ia turunan bangsawan Negara Daha. Penguasa pemerintahan di Kuin waktu itu bernama Patih Masih.'Beliaulah orang yang menaruh belas kasihan memungut Samudera dan memelihara sebagai anak kandungnya sendiri, diasuh hingga sampai dewasa.

Akhirnya pejabat di Banjarmasin (dahulunya bernama Bandar-Masih) mengetahui juga pada rahasia Samudera, bahwa ia adalah keturunan Bangsawan di Negara Daha. Iapun lalu diangkat menjadi kepala pemerintahan disitu dan nama Bandar-Masih diganti dengan “Banjarmasin".

Karena kecakapannya memerintah/mengatur negeri, maka Banjarmasin menjadi kota bandar yang ramai. Pedagang-pedagang asing datang berniaga dan banyak pula dari udik (Negaradaha dan Negaradipa) yang berpindah mencari nafkah ke-bandar yang baru ini.
“Akhirnya diketahui" oleh"sang paman Maharaja "Tumenggung yang telah berhasil merebut singasana kerajaraan di Negaradaha. Lalu diperintahkan Panglima kerajaan "Panglima Siparoan” datang dengan pasukan bersenjatanya menyerang Pangeran Samudera di Banjarmasin, sehingga timbullah peperangan di Muara Alalak. Beribu-ribu korban yang jatuh dikedua belah pihak. Akhirnya pasukan Maharaja Tumengung dapat dipukul mundur dan akhirnya mengaku kalah."
Previous
Next Post »

2 komentar

Click here for komentar
Qorisme
admin
4 Desember 2016 pukul 05.01 ×

mantap.. sekarang ane jadi tau sedikit ttg sejarah Banjarmasin.

Reply
avatar
Unknown
admin
12 Maret 2017 pukul 11.55 ×

SALAM KENAL DARI BUBUHAN BANJAR TEMBILAHAN,INHIL, RIAU, MAJU TERUS ORANG BANJAR

Reply
avatar
Thanks for your comment